Human Performance Technology: Apakah Itu?
Commentby: Uwes A. Chaeruman on: July 5th, 2007
Human performance technology (HPT) atau teman-teman teknologi pendidikan di UNJ sering menyebutnya dengan istilah TEKIN sebagai singkatan dari Teknologi Kinerja, adalah mata kuliah yang tergolong baru di Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Dalam perkuliahan yang saya ampu, masih banyak mahasisiwa yang mempertanyakan tentang konsep teknologi kinerja.
Berikut adalah salah satu definisi HPT:
Human Performance Technology is the systematic and systemic identification and removal of barriers to individual and organizational behavior. (Roger Chevalier, Performance in Practice, Summer 1998)
Jadi, secara umum teknologi kinerja adalah identifikasi dan pemecahan masalah prilaku yang terjadi dalam individu dan organisasi. Namun, lebih rinci lagi Elvis Keith Lester menjelaskan sebagai berikut:
A systematic set of methods, procedures and strategies for solving problems/realizing opportunities related to the performance of people and organizations.
May be applied cost-effectively to: (1) individuals; (2) small groups; (3) teams; or (4) large organizations
Employs interventions/solutions such as: information, communication, organizational development, training, work/job desig, performance management, staffing, environmental engineering, ergonomics, motivation, feedback, reward, appraisal systems, coaching, culture change, reporting, leadership, electronic performance support, supervision, education, teambuilding, re-engineering staffing, mapping, etc.
Jelas sekali bahwa Teknologi Kinerja adalah serangkaian metode, prosedur dan strategi yang sistematis untuk memecahkan masalah atau menyadari peluang/kesempatan yang berkaitan dengan kinerja orang-orang dan organisasi. Kegiatan tersebut dapat diaplikasikan baik untuk level individual, kelompok kecil, tim, atau organisasi besar. Dimana bentuk-bentuk intervensi/solusinya dapat dilakukan dalam bentuk informasi, komunikasi, pengembangan organisasi, pelatihan, work/job design, manajemen kinerja, rekayasa lingkungan, ergonomic, feedback system, reward, coaching, perubahan budaya, electronic support system, dan lain-lain.
Dengan demikian, tugas teknolog kinerja sama seperti dokter. Mulai melakukan diagnosa masalah secara sistematis dan menyeluruh. Kemudian menyimpulkan inti penyebab masalah (penyakit). Untuk kemudian membuat resep pengobatannya seperti apa. Teknolog kinerja beperan dalam mendiagnosa permasalahan kinerja dalam suatu organisasi, kemudian menyimpulkan inti penyebab menurunnya kinerja secara holistik, dan kemudian merekomendasikan, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi serta memonitor pelaksanaan intervensi atau solusi. Bentuk-bentuk solusi dapat bermacam-macam dan dapat bersifat instruksional (seperti pelatihan, distance learning, dll) maupun yang bersifat non-instruksional (seperti perubahan budaya, pemanfaatan electronic support system, insentif, dll) seperti dicontohkan di atas.