Begitu susahnya mengajar dan membuat siswa semangat belajar, atau jika menggunakan perspektif siswa sendiri, betapa sulitnya menumbuhkan semangat belajar dalam diri, karena proses panjang dalam pembelajaran akan memunculkan berbagai macam masalah yang dapat menghalangi dan merintangi tercapainya tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Proses pembelajaran yang tidak singkat itu membutuhkan bermacam cara dan inovasi yang dapat menumbuh kembangkan semangat dan kreatifitas pelajar maupun pengajar.
Sebuah cara dengan memanfaatkan teknologi, baik dari segi fisiknya maupun ide-ide yang ada di dalamnya adalah satu jalan yang baik untuk digunakan dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam sebuah sistem pembelajaran. Teknologi secara`eksoteris yang nampak sebagai wujud fisik peradaban modern maupun secara esoteris sebagai cara-cara non fisik yang menjadi bagian keseharian hidup manusia modern adalah bagian penting dalam pembentukan karakter semangat belajar civitas pendidikan dan pencapaian tujuan sistem pembelajaran yang ingin didapatkan. Dengan catatan bahwa cara dan menggunakan teknologi dengan tepat juga merupakan bagain vital yang ada dalam teknologi pendidikan.
Arti penting teknologi pendidikan akan terlihat di situ sebagai sebuah cara yang menjadikan pembelajaran akan tetap terus dinamis membentuk dirinya. Dinamis dalam keteraturan dan semakin terbukanya peluang bagi sebuah sistem pendidikan untuk mencapai tujuannya. Teknologi pendidikan adalah instrumen penting dalam sistem pembelajaran dalam dunia modern bahkan paska modern. Karena semakin modern satu masyarakat, semakin sistematis pula cara hidupnya. Teknologipun baik yang diterapkan dalam sistem pendidikan maupun di luar itu adalah bagian sistematisasi cara hidup manusia modern yang diteruskan manusia postmodern.
Selain itu, pemanfaatan teknologi dengan tepat berarti mengarahkan satu bagian sejarah ke jalan yang baik dan benar. Teknologi kian lama kian membawa manusia dalam labirin dehumanisasi yang mencoba menghilangkan manusia dari kebermanusiaannya. Manusia yang menggunakan teknologi dengan tanpa tepat guna akan segera menghilang dalam sistem yang dibuat oleh mereka sendiri yang dikendalikan oleh teknologi yang dibuatnya. Terjadilah proses pelapukan manusia di dalam peradaban teknologi yang dibuatnya. Teknologipun akhirnya ada tanpa makna bagi manusia, menjadi candu yang menghilangkan kesadaran manusia sebagai manusia. Menerapkan teknologi dalam sebuah sistem pembelajaran berarti menggunakan teknologi dengan tepat guna.
Pengertian Teknologi dan Media Pendidikan
Secara epistemologis, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu techne dan logos. Techne secara harfiah dapat diartikan sebagai cara, pengetahuan, keahlian, ketrampilan. Dan logos sendiri adalah ilmu. Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan sebagai ilmu untuk menggunakan keahlian. Dan kemudian jika teknologi yang biasanya identik dengan bagian-bagian natural scientis, digunakan sebagai bagian dalam pendidikan yang bertujuan menghidupkan kreatifitas anak didik dan pengajarnya, teknologi pendidikan adalah sebuah cara untuk meraih tujuan pendidikan dengan menggunakan media-media teknologi yang dihasilkan manusia untuk membantu menumbuhkembangkan kreatifitas berfikir siswa dalam sebuah sistem pendidikan.
Ada beberapa pendapat yang agak berbeda satu sama lain tentang teknologi pendidikan. Pertama, teknologi pendidikan diartikan sebagai sekedar hardware yang dapat menunjang kegiatan dalam sistem pembelajaran. Hardware sendiri adalah komponen-komponen media teknologi yang dapat digunakan sebagai sarana yang menunjang kemajuan sebuah sistem pengajaran. Media-media tersebut, dapat berupa televisi, radio, internet, komputer, dan bermacam media lainnya.
Kedua, teknologi diartikan sebagai keseluruhan komponen yang ada dalam sebuah sistem pendidikan, baik peralatan-peralatan media teknologi maupun tehnik-tehnik pengembangan yang selalu progres menuju sebuah proses pelajaran yang dinamis sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai. Sesuai dengan apa yang dinyatakan Prof. Dr. Nasution, teknologi pendidikan adalah perpaduan software dan hardware sistem pendidikan, dengan melihat bahwa mengajar dan belajar adalah masalah yang harus dapat diselesaikan dan dihadapi secara rasional dan alamiah. (Teknologi Pendidikan, 2005).[1]
Sejalan dengan pengertian kedua, teknologi pendidikan melihat bahwa komponen-komponen physically di dalamnya hanyalah sebuah alat peraga yang dapat bermanfaat saat itu dikaitkan dengan sistem pendidikan atau program pendidikan. Atau dengan kata lain, komponen-komponen fisik (hardware) itu baru nampak perannya bila diterapkan sesuai dengan program-program dalam sebuah sistem pendidikan (software).
Sedangkan untuk media pendidikan bila dilihat seksama dengan memperbandingkannya dengan teknologi pendidikan, maka akan nampaklah kesamaan media pendidikan dengan teknologi pendidikan. Dengan catatan, jika itu mengacu pada pengertian teknologi pendidikan yang pertama. Yaitu yang menyatakan bahwa media pendidikan adalah berbagai jenis komponen yang ada dalam lingkungan sistem pengajaran diterapkan untuk merangsang minat pembelajaran atau untuk men-support kegiatan belajar mengajar agar lebih baik dalam pelaksanaanya. Jadi media pendidikan adalah hardware yang biasa digunakan dalam sistem pembelajaran. Meskipun secara harfiah antara teknologi pendidikan dan media pendidikan memiliki arti yang berbeda. Jika tadi di atas disebutkan bahwa secara harfiah teknologi pendidikan diartikan pengetahuan atau cara-cara yang digunakan dalam sistem pendidikan, maka media pendidikan adalah penghantar yang dapat membantu siswa menerima pengetahuan yang diajarkan oleh sebuah sistem pembelajaran. Sesuai dengan kata epistemologinya yang menyatakan bahwa media yang berasal dari bahasa Latin itu berarti sebagai sebuah penghantar, atau perantara.
Meskipun ada perbedaan signifikan ketika melihat perbedaan kedua istilah ini, ketika media dan teknologi pendidikan diartikan secara harfiah, namun jika membaca pengertian media pendidikan yang diberikan oleh Briggs maka kita akan memiliki kesimpulan bahwa keduanya adalah sama. Briggs sendiri menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan-pesan serta merangsang siswa untuk belajar. (Media Pendidikan:1984)[2]. Jadi melihat pengertian ini, saya menyimpulkan bahwa antara keduanya tidaklah ada perbedaan secara menyeluruh, baik dengan menggunakan pengertian yang pertama maupun yang kedua. Jika menggunkan pengertian yang kedua, untuk menyimpulkan bahwa keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan saya sekedar menambahkan pernyataan bahwa media pendidikan adalah hardware yang digunakan dalam sebuah sistem teknologi pendidikan. Dengan begitu media pendidikan merupakan bagian dari teknologi pendidikan yang ada, jadi ketika melihat hal ini demikian maka tidaklah relevan jika membedakan keduanya secara jelas. Dengan menggunakan pengertian yang pertama kita sama sekali tidak akan mampu membedakannya karena keduanya identik satu sama lain, bahkan memang keduanya entitas yang sama. Dan jika menggunakan pengertian yang kedua maka media pendidikan bukanlah padanan yang tepat bila hendak dibedakan dengan teknologi pendidikan. Sebagai sebuah bagian yang independen mungkin media pendidikan dapat dibedakan dengan teknologi pendidikan. Namun jika sebagai sebuah sistem yang utuh telah menyatu, maka layaknya air dengan jernihnya, keduanya tidak dapat dikatakan sebagai dua entitas yang beda, keduanya sama.
Tujuan Pendidikan
Dalam bukunya yang sempat disinggung dalam definisi di atas, Dr Nasution membedakan tujuan pendidikan menjadi dua, tujuan umum dan khusus. Tetapi jika melihat uraian yang diberikan Dr Nasution lebih lanjut tentang tujuan pendidikan maka antara tujuan umum dan khusus pada dasarnya tidak dapat dibedakan, karena bisa saja dalam satu waktu yang bersamaan, satu hal yang dijadikan tujuan bisa bersifat umum dan bisa pula bersifat khusus, tergantung bagaimana kita hendak merinci tujuan pendidikan yang hendak diraih. Jadi dalam menentukan tujuan pendidikan, kerelatifan dalam menentukannya sebagai hal yang umum atau khusus akan selalu ada.
Meski demikian pada dasarnya, yang namanya tujuan khusus dan umum tetap harus ada dalam sebuah sistem pendidikan. Hal ini akan membantu menerangi jalan yang hendak digunakan, dan upaya apa yang harus dilakukan dalam menjalankan roda sistem pendidikan itu. Tujuan pendidikan relatif karena, bila kita merusmuskan satu tujuan maka tujuan yang kita rumuskan tadi pada umumnya akan terus dapat bercabang, menjadi bagian yang lebih kecil dan kecil lagi. Dan yang menjadi catatan penting di sini, semakin umum satu tujuan pendidikan maka akan semakin komplek cara atau metode yang harus digunakan. Ketika menyatakan bahwa tujuan pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa misal, dari penyebutan tujuan saja akan banyak menimbulkan permasalahan. “Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Kata sakral yang nampak indah dan enak didengar namun, banyak sekali menimbulkan penafsiran. Ketika baru menyebutkan tujuannya saja sudah memunculkan masalah, apalagi kalau ini hendak diterapkan, masalah pasti semakin bertambah. Maka dari itu satu sistem pendidikan yang baik adalah sistem pendidikan yang memiliki kedua unsur tadi, khusus dan umum. Tidak terlalu umum atau terlalu khusus. Tujuan pendidikan yang terlalu umum akan menimbulkan berbagai problem seperti yang disebutkan sebelumnya. Sedangkan tujuan yang terlalu khusus, menjadikan siswa dapat berhitung misal, tentu menjadikan anak didik hanya akan terpaku pada satu hal kecil saja sesuai besar-kecilnya tujuan khusus itu. Semakin kecil tujuan pendidikan yang hendak dicapai, maka semakin tidak beragamlah pengetahuan yang didapat peserta didik. Jadi tujuan pendidikan akan menemukan bentuk idealnya ketika konseptor pendidikan menemukan tujuan pendidikan berdasarkan tujuan pendidikan yang ada di antara keduanya.
Meskipun masih bersifat umum, tujuan pendidikan yang dikemukakan Herbert Spencer (1860) berikut ini sudah cukup bagus bila digunakan sebagai salah satu motor penggerak jalannya sebuah sistem pendidikan. Dia membagi tujuan pendidikan menjadi lima bagian.[3]
1. Kegiatan demi kelangsungan hidup[4]
2. Usaha untuk mencari nafkah[5]
3. Pendidikan anak
4. Pemeliharaan hubungan dengan masyarakat dan negara
5. Penggunaan waktu senggang
Selain ini, masih banyak sekali tujuan yang lebih khusus dijabarkan dari sebuah sistem pendidikan, dari SD hinga perguruan tinggi. Dari yang rinci sampai yang paling rinci.
Klasifikasi Media Teknologi Untuk Pendidikan
Ada beberapa pengklasifikasian media teknologi yang biasanya digunakan dalam sistem pendidikan. Dan banyak sekali tokoh yang telah melakukan itu di antaranya Rudy Brezt, Duncan, Briggs, dan Gagne. Rudy Brezt misalnya mengklasifikasikan media teknologi untuk pendidikan menjadi tiga unsur; visual, suara, dan gerak. Briggs mengklasifikasikan media menjadi tiga belas macam; objek, model, suara langsung, rekaman, media transparansi, film rangkai, film bingkai, film, televisi, dan gambar. Sedangkan Gagne, mengklasifikasikannya menjadi tujuh media; pelontar stimulus belajar, penarik minat belajar, contoh perilaku, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukalihkan ilmu, menilai prestasi, dan memberi umpan balik. [6]
Dari tiga pendapat di atas saya melihat bahwa esensi yang mereka kemukakan adalah sama. Klasifikasi yang dilakukan Briggs dan Gagne adalah apa yang diberikan oleh Rudy Brezt. Kedua klasifikasi itu memuat tiga hal yang disampaikan Brezt, bahwa media pendidikan pada dasarnya terdiri dari visual, gerak dan suara.
Arti Penting Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran
Sejak manusia mengenal sistem pendidikan teknologi pendidikan telah menjadi fondasi bagi jalannya sistem pendidikan yang ada, dan itu telah ada beberapa abad sebelum adanya sebuah sistem yang sistematis seperti halnya yang ada dalam madrasah-madrasah yang ada di dunia Islam, seperti di Madrasah Nizamiyah[7]di Bagdad pada abad pertengahan saat Islam mengalami masa keemasan. Pada masa Aristoteles misalnya, melalui Lyceum-nya[8]atau Akademia, teknologi pendidikan meski dalam bentuk yang sederhana telah mulai menjadi bagain integral dari sistem pembelajaran yang ada.[9] Kemudian, era Scolatic di Barat yang terkenal dengan sekolah-sekolah bagi biarawan dan biarawatinya juga tidak lepas dengan teknologi pendidikannya. Sedangkan di Madrasah Nizamiyah sendiri, sistematisasi metode pengajaran nampak dengan adanya pembagaian ilmu-ilmu fikih yang diajarkan dengan mengajarkan ajaran empat madzab fikih, ditunjang dengan berbagai keilmuan lainnya dengan di dukung misalnya perpustakaan yang memadai, laboratorium kimia maupun laboratorium langit, serta asrama bagi para siswanya. Semua elemen itu tersususun sebagai sebuah teknologi pendidikan yang berhasil membawa Islam menuju puncak keemasan.
Teknologi pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia modern dan manusia postmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau tehnik yang compatible dengan zamannya. Teknologi pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi manusia yang juga dapat menyesuaiakan diri dengan baik dalam lingkungannya.
Kemudian secara khususpun media pendidikan juga memiliki arti penting sama halnya teknologi pendidikan secara umum. Di era Abasiyyah di Madrasah Nizamiyah misalnya. Kita dapat melihat bagaimana perpustakaan sebagai media pendidikan memiliki peran penting dalam progresifitas pendidikan pada masa itu. Tidak dipungkiri bahwa bahan bacaan adalah faktor yang menjadikan siswa menemukan khazanah keilmuan yang dapat mengisi khazanah pengetahuan dalam diri mereka selain dari apa yang disampaikan gurunya. Kalau di zaman sekarang, peran penting media pendidikan dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, rekaman audio, atau juga film tentu amat sangat memiliki arti penting. Apalagi jika sistem pendidikan yang bersangkutan memiliki orientasi pada siswa untuk dicetak sebagai tenaga kerja, akan lebih lagi nilai penting media semacam itu dalam penemuan khazanah pengetahuan yang ingin didapat peserta didik. Meski demikian tetap saja harus ada penyesuaian di sana-sini agar media pendidikan yang digunakan tepat guna. Dan di sinilah software teknologi pendidikan diperlukan, bagaimana mengupayakan agar media pendidikan dengan menggunakan media teknologi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kita dapat melihat mekanisme teknologi pendidikan dengan menggunakan sample pola hubungan media pendidikan yang menggunakan gambar dengan software dalam teknologi pendidikan. Gambar atau foto adalah salah satu media teknologi yang cukup bagus digunakan sebagai media dalam praktek pendidikan. Hal itu karena gambar atau foto memiliki kelebihan seperti sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, dapat memperjelas satu masalah, dan mudah didapatkan. Namun sayangnya gambar juga memiliki kelemahan, di antaranya gambar hanya menekankan persepsi indera penglihatan, gambar yang terlalu komplek tidak efektif ketika digunakan dalam dalam sistem pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk itu maka harus ada filterisasi di situ, dan tentu mekanisme software teknologi pendidikan diperlukan untuk mengoptimalkan guna gambar atau foto yang digunakan. Software menyaring gambar atau foto yang akan digunakan. Dengan menetapkan syarat-syarat berikut misalnya, software dalam teknologi pendidikan berperan; dengan mengklasifikasikan bahwa gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan adalah yang autentik. Gambar yang menceritakan apa adanya satu peristiwa. Kemudian juga, gambar itu harus sederhana, apalagi jika siswa yang diajar masih dalam tingkatan bawah seperti siswa SD atau Taman kanak-kanak. Dengan komposisi sederhana yang cukup jelas menampilkan poin-poin yang ingin diajarkan. Mungkin itu sedikit pembahasan yang menggambarkan nilai penting media pendidikan dalam teknologi pendidikan.
Penutup
Ada satu hal penting yang tetap harus diperhatikan dalam pengaplikasian sebuah teknologi pendidikan dalam sebuah sistem pendidikan, bahwa teknologi pendidikan yang digunakan haruslah compatible dengan kondisi yang ada. Saya melihat bahwa kegagalan sistem pendidikan Indonesia disebabkan pengaplikasian metode yang digunakan dengan cara yang sama pada objek yang berbeda. Sistem pendidikan yang bagus harusnya adalah sistem pendidikan yang menggunakan teknologi pendidikan yang mampu menyesuaikan dengan objek pengajaran, yaitu siswa. Apa yang terjadi selama ini adalah keegoisan para pembuat kebijakan dunia pendidikan saat membuat kurikulum misal, dengan tanpa memperhatikan siswa sebagai bagian dari sistem teknologi pendidikan. Bahwa setiap individu yang menjadi peserta didik itu adalah berbeda-beda dengan kecenderungan dan kemampuan yang juga berbeda.
Dari sini kemudian saya berkesimpulan bahwa, memang semua perangkat dalam sistem pendidikan memiliki peran dan menjadi faktor yang begitu berpengaruh dalam keberhasilan sistem pendidikan. Dari para pembuat kebijakan, guru, murid, kurikulum, semuanya memiliki peran penting. Dan semuanya itu dihubungkan oleh sebuah sistem yang bernama teknologi pendidikan.
Bahan Bacaan
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Raja Grafindo Persada, 2001
Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosda, 1990
Dr. Arif S. Sadiman, DKK, Media Pendidikan, Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984
Prof. Dr. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005
[1] Prof. Dr. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hal. 1-2.
[2] Dr. Arif S. Sadiman, DKK, Media Pendidikan, Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984, hal. 6.
[3] Dr. Nasution, Op.Cit. Hal 17.
[4] Dunia pendidikan adalah media bagi anak untuk membantu mereka memahami hidup. Bagaimana menjalani, melewati, dan menyikapinya.
[5] Tujuan inilah yang pada umumnya dijadikan alasan menarik dalam dunia pendidikan. Bahwa pendidikan adalah sebuh sistem yang membekali siswanya dengan keahlian-keahlian yang dibutuhkan bursa tenaga kerja atau paling tidak dari keahliah yang diberikan siswa dapat lebih dapat menjalani hidupnya ke depan.
[6] Dr. Arif S. Sadiman, DKK, Op.Cit. Hal.19-22.
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 279
[8] Pusat pendidikan yang didirikan Aristoteles
[9] Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosda, 1990, hal. 60 ( http://poetraboemi.wordpress.com