11/15/2010

Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat

Pengertian Kurikulum Berbasis Masyarakat
Kurikulum berbasis masyarakat merupakan kurikulum yang menekankan perpaduan antara sekolah dan masyarakat guna mencapai tujuan pengajaran. Kurikulum ini pula memiliki tujuan memberikan kemungkinan kepada siswa untuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal, mandiri dan bekal keterampilan. Karakteristik kurikulum berpusat kepada masyarakat ditinjau dari segi pembelajaran baik berorientasi, metode, sumber belajar, strategi pengajaran berpusat pada kepentingan siswa sebagai bekal hidup di masa mendatang. Karakteristik lain dari materi pembelajaran sesuai tuntutan kewilayahan maka disebut juga kurikulum berbasis kewilayahan. Sedangkan kegiatan guru hanyalah sebagai fasilitator belajar dan siswa untuk aktif, kreatif untuk memecahkan permasalahan. Pengembangan kurikulum bertitik tolak dari tujuan pendidikan, analisis kebutuhan, implementasi kurikulum, seleksi strategi pembelajaran, teknik evaluasi dan evaluasi program kurikulum
Kurikulum berbasis masyarakat, bahan dan objek kajiannya menyesuaikan kebijakan dan ketetapan yang dilakukan di daerah, disesuaikan dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi, budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan daerah yang perlu dipelajari oleh siswa di daerah tersebut. Bagi siswa berguna untuk memberikan kemungkinan dan kebiasaan utnuk akrab dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kemungkinan lain mencegah dari keterasingan lingkungan, terbiasa dengan budaya dan adat istiadat setempat dan beusaha mencintai lingkungan hidup, sehingga sebuta kurikulum ini disebut kurikulum berbasis wilayah. Berdasarkan teori berbasis masyarakat beberapa teori kurikulum ini setuju bahwa tingkat sosial harus menjadi titik awal dan penentu utama kurikulum.
Tujuan kurikulum tersebut adalah:
1. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya, ikut melestarikan budaya termasuk kerajinan, keterampilan yang dinilai ekonominya tinggi di daerah tersebut.
2. Membekali siswa kemampuan dan keterampilan yang dapat menjadi bekal hidup dimasyarakat, seandainya mereka tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
3. Membekali siswa agar hidup mandiri, serta dapat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehingga, kurikulum berbasis masyarakat memiliki beberapa keunggulan/kelebihan, antara lain:
1. kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat setempat.
2. kurikulum sesuai dengan tingkat dan kemampuan sekolah, baik kemampuan finansial, profesional maupun manajerial.
3. disusun oleh guru-guru sendiri dengan demikian,, sangat memudahkan dalam pelaksanaannya.
4. ada motivasi kepada sekolah khusus kepala sekolah dan guru kelas untuk mengembangkan diri, mencari dan menciptakan kurikulumyang sebaik-baiknya, dengan demikian akan terjadi semacam kompetisi dalam pengembangan kurikulum.
Karakteristik Kurikulum Berbasis Masyarakat
Model pengajaran yang berpusat pada masyarakat adalah suatu bentuk kurikulum yang memadukan antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa sekolah ke dalam masyarakat atau membawa masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik (2005) merinci karakteristik kurikulum berbasis pada masyarakat meliputi:
Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasis masyarakat:
1. Pembelajaran berorientasi pada masyarakat, di masyarakat dengan kegiatan belajar bersumber pada buku teks.
2. Disiplin kelas berdasarkan tanggung jawab bersama bukan berdasarkan paksaan atau kebebasan.
3. Metode mengajar terutama dititikberatkan pada pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan kebutuhan sosial atau kelompok.
4. Bentuk hubungan atau kerja sama sekolah dan masyarakat adalah mempelajari sumber-sumber masyarakat, menggunakan sumber-sumber tersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut.
5. Strategi pembelajaran meliputi karya wisata, manusia (nara sumber), survei masyarakat, berkemah, kerja lapangan, pengabdian masyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikan masyarakat dan sekolah pusat masyarakat.
Karakteristik materi pembelajaran
Agar penjabaran dan penyesuaian dengan tuntutan kewilayahan tidak meluas dan melebar, maka perlu diperhatikan kriteria untuk menyeleksi materi yang perlu diajarkan, kriteria tersebut antara lain:
1. Validitas, telah teruji kebenaran dan kesahihannya.
2. Tingkat kepentingan yang benar-benar diperlukan oleh siswa.
3. Kebermanfaatan, secara akademik dan non akademik sebagai pengembangan kecakapan hidup (life skill) dan mandiri.
4. Layak dipelajarai, tingkat kesulitan dan kelayakan bahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakat sekitar.
5. Menarik minat, dapat memotivasi siswa untuk mempelajari lebih lanjut dengan menumbuhkembangkan rasa ingin tahu.
6. Alokasi waktu, penentuan alokasi waktu terkait dengan keleluasan dan kedalaman materi.
7. Saran dan sumber belajar, dalam arti media atau alat peraga yang berfungsi memberikan kemudahan terjadinya proses pembelajaran.
8. Kegiatan siswa dan guru
Pengembangan Kurikulum Berbasis Masyarakat
Perkembangan teknologi membawa perubahan yang cukup drastis dalam segala bidang dan pekerjaan. Masyarakat perkotaan berubah cepat dibandingkan masyarakat pedesaan. Pola kehidupan agraris berubah menjadi poloa kehidupan industri, dimana kehidupan masyarakatnya menuntut memiliki spesialisasi dan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan. Sehingga sifat-sifat kebersamaan, hidup lebih santai diganti oleh sikap individualis dan kerja keras.
Pola kerja masyarakat modern menuntut kerja yang tidak teratur melebihi waktu biasa. Banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja akan mengubah citra penghasilan yang diperoleh. Asumsinya penghasilan tinggi akibat suami istri bekerja akan meningkatkan kemampuan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. Namun dalam kehidupan keluarga, anak mempunyai masalah selalu ditinggal orang tuanya bekerja maka anak lebih lama bergaul dan hidupnya dengan pembantu daripada dengaa orang tuanya. Kondisi demikian berbagai masalah keluarga timbul dikarenakan pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga tidak berjalan, seperti hubungan komunikasi di antara anggota keluarga sangat terbatas malahan mungkin hilang.
Komponen-komponen kurikulum berbasis masyarakat meliputi:
1. Tujuan dan filsafat pendidikan dan psikologi belajar.
2. Analisis kebutuhan masyarakat sekitar dan analisis kebutuhan siswa.
3. Tujuan kurikulum (TUK dan TKK)
4. Pengorganisasian dan implementasi kurikulum.
5. Tujuan pembelajaran (TPU dan TPK)
6. Strategi pembelajaran mencakup model-model pembelajaran.
7. Teknik evaluasi (proses dan produk).
8. Implementasi strategi pembelajaran.
9. Penilaian dalam pembelajaran.
10. Evaluasi program kurikulum
Penilaian dalam kurikulum berbasis pada masyarakat
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk mengumpulkan menganalisis, dan menaksirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (penugasan), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar mengajar.


Inovasi Kurikulum Berbasis Masyarakat
Inovasi kurikulum berbasis masyarakat dapat dilakukan dengan kajian terus menerus terhadap kebutuhan masyarakat sekitar terhadap sekolah ( khususnya siswa ) dan kebutuhan-kebutuhan siswa terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dua hal krusial ini pasti akan terus berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan dan masyarakat. Sehingga sekolah penganut kurikulum berbasis masyarakat akan selalu harmonis dengan lingkungan dan masyarakatnya, karena akan selalu terjadi simbiosis mutualisme.

Daftar Pustaka
http://dheo-education.blogspot.com/2008/05/kurikulum-berbasis-masyarakat.html
Sa’ud, Syaefudin Udin. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta